Breaking News

Sejarah May Day & Tuntutan Buruh yang Tak Pernah Berubah



SURABAYA- pada Tanggal 1 Mei selalu diperingati sebagai Hari Buruh Internasional atau May Day oleh semua elemen kaum buruh di seluruh dunia. Peringatan hari buruh biasanya diwarnai dengan aksi demonstrasi dan retorika perjuangan nasib buruh yang tertindas.

Hal ini, sejalan dengan kemunculan hari buruh yang memang lahir dari ketertindasan pekerja oleh sistem industri yang kapitalistik pada akhir abad ke 19. 

Seperti diketahui, Revolusi Industri yang terjadi di Inggris pada abad ke 18 telah mengubah hubungan antara buruh dengan  pemilik modal (Kapitalis). 

Kekuatan kapitalisme menggurita, sementara nasib para pekerja kian dikesampingkan. Apalagi, proses revolusi industri yang kian massif di Eropa Barat dan Amerika Serikat, telah menggantikan fungsi manusia yang selama ini menjadi motor kerja industri.

Akibat revolusi itu, terjadi efisiensi besar-besaran. Upah buruh turun. Nasib buruh makin terpinggirkan. Sementara jam kerja ditambah. Tak heran Koentowijoyo, dalam buku Peran Borjuasi Dalam Transformasi Eropa, kemudian menyebut revolusi industri [beserta dinamikanya] adalah puncak peranan tradisi kaum borjuasi Inggris.

Singkat kata, berbagai perubahan yang terjadi di kehidupan buruh Eropa dan Amerika Serikat kemudian memantik gerakan protes di kalangan buruh. Sejumlah pertemuan digelar. Aksi-aksi mulai dilakukan. Puncak ketidakpuasan itu terjadi menjelang akhir abad ke 19, atau tepatnya pada 1 Mei tahun 1886.

Salah satu peristiwa terkenal yang kemudian dijadikan momentum peringatan hari huruh adalah Kerusuhan Haymarket di Chicago Amerika Serikat. Aksi ini terjadi empat hari dan meluas ke berbagai negara bagian. Demonstrasi dan pemogokan itu melibatkan puluhan ribu bahkan ratusan ribu buruh. Mereka menuntut pemberlakuan jam kerja 8 jam.

Mogok massal para pekerja ini mendapat respons pemerintah. Namun negosiasi tak kunjung membuahkan hasil. Pada tanggal 4 Mei, mendung di kalangan pekerja terjadi, cuaca buruk membuat buruh kalang kabut, mereka berpencar. Tak disangka, sebuah bom kemudian meledak. Satu orang terbunuh.

Ledakan bom itu malah membuat polisi semakin brutal. Mereka merespons dengan kekerasan. Tembakan diletupkan ke arah para pekerja. Alhasil banyak orang tewas dan terluka. Tak sampai disitu, upaya penangkapan terhadap buruh massif. Sebagian orang yang dianggap anarkis kemudian dihukum. 

Kelak, peristiwa ini dicatat sebagai bagian paling kelam dalam sejarah buruh dan diperingati setiap tahun sebagai hari buruh internasional atau May Day.

Di Indonesia, Bibit perlawanan terhadap hegomoni kapitalisme kolonial sebenarnya sudah muncul sejak akhir abad ke 19. Namun aksi-aksi itu cenderung sporadis.

Gerakan buruh di tanah Nusantara mendapat momentum seiring masuknya ideologi besar melalui politik etis. Sosialisme dan Komunisme kemudian menjadi menu favorit aktivis pergerakan waktu itu.

Perlu dicatat, sebelum direduksi pengertiannya oleh presiden Soeharto (Orde Baru), hampir semua pemimpin pergerakan di Indonesia mengenal dan belajar ideologi tersebut. Ide-ide sosialisme telah mengilhami kaum pegerakan untuk menentang hegemoni kolonialisme yang menancap kuat.

Gerakan buruh pernah mewarnai salah satu fase sejarah Indonesia. Pada masa Orde Lama, berbagai gerakan buruh bermunculan, hidup saling berdampingan, dan berkonflik.

setelah tahun 1965 yang kemudian memunculkan Orde Baru dan Soeharto, aktivisme gerakan buruh mulai memudar. 'Penghancuran' gerakan buruh makin memuncak dengan kebijakan 'massa mengambangnya' Orde Baru.

Kebijakan ini diinisiasi oleh seorang jenderal kepercayaan Soeharto, Ali Moertopo. Kebijakan mengambang, dan tidak berpihak kepada kaum buruh. 

Setiap gerakan yang muncul selalu dianggap subversif dan ujung-ujungnya dicatat sebagai komunis. Akibatnya, tak banyak gerakan buruh yang mampu hidup pada waktu itu. Kecuali, gerakan yang benar-benar disuport oleh rezim Soeharto.

Pada tahun 1992, berdiri Serikat Buruh Sejahtera di Indonesia yang menjadi oposisi KSPI yang disokong Orde Baru. Setahun setelahnya pada tahun 1993 aksi buruh terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur. Salah satu tuntutannya adalah kenaikan upah layak. Namun, aksi protes ditanggapi oleh sikap agresif dari militer.

Akhirnya, Marsinah salah satu buruh menjadi martir karena 'dibunuh' usai aksi. Sampai saat ini, tak jelas siapa pelaku atau orang yang telah membunuh Marsinah. Negara tak berani mengungkap dan bahkan terkesan dilupakan.

Sementara itu, pada tahun 1994, 20.000 buruh dari 24 pabrik di Deli Serdang, Sumatra Utara keluar kandang. Aksi pemogokan dan demonstrasi buruh berlangsung cukup massif. Namun lagi-lagi, gerakan ini segera direpresi oleh Orde Baru, salah satu tokoh buruh pada saat itu, Muchtar Pakpahan, ditangkap dan dipenjara pemerintahan Orde Baru.

Robohnya Pemerintahan Soeharto pada tahun 1998 menjadi momentum kebangkitan kaum buruh. Tanggal 1 Mei atau May Day diperingati oleh para buruh. kemudian ditetapkan sebagai hari libur nasional pada tahun 2013 dan berlanjut hingga sekarang.

Reporter Fauzi
Editor Redaktur