Makassar, Harianmataberita.com,– Nasib menyedihkan dialami oleh seorang anak perempuan bernama Vita Novita Anggraeny. Sejak usia 5 tahun, Vita telah menjalani kehidupan yang tidak mudah. Pada tahun 2017, kedua orangtuanya bercerai, dan setahun kemudian, tepatnya tahun 2018, sang ibu memutuskan untuk merantau ke Kupang, Nusa Tenggara Timur, guna mencari nafkah dan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya. (26/5)
Namun takdir berkata lain. Seiring waktu, ibu Vita mengalami penurunan kesehatan dan didiagnosis mengidap penyakit kanker paru-paru. Mengetahui kondisi kesehatannya semakin memburuk, ia pun memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Jember, Jawa Timur.
Afrizal, selaku perwakilan Pusat Trauma Center (PTC) Makassar, menceritakan bahwa pada saat ibu Vita dalam perjalanan pulang menggunakan Kapal Laut Tidar menuju Surabaya, kondisi fisiknya tiba-tiba drop. Pada Sabtu malam, tanggal 17 Mei 2025, pihak kapal memutuskan untuk menurunkan ibu Vita di Pelabuhan Makassar.
Petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Makassar langsung sigap membantu dan membawa ibu Vita ke RS Pelamonia guna mendapatkan penanganan medis intensif. Setibanya di rumah sakit, ibu Vita dalam keadaan tidak sadarkan diri dan segera dirawat di ruang ICU dalam kondisi kritis.
Namun, nasib berkata lain. Pada Kamis, 22 Mei 2025 pukul 00.35 WITA, ibu dari Vita dinyatakan meninggal dunia di RS Pelamonia. Berdasarkan kesepakatan pihak keluarga, jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Sudiang, Makassar.
Duka mendalam tak hanya dirasakan keluarga, namun juga para petugas yang turut menangani kasus ini. Setelah kepergian sang ibu, perhatian tertuju penuh kepada Vita yang kini benar-benar hidup tanpa orangtua.
RPTC (Rumah Perlindungan dan Trauma Center) Dinas Sosial Kota Makassar pun segera bergerak. Mereka melakukan koordinasi lintas daerah untuk memastikan Vita bisa kembali ke kampung halamannya dan mendapatkan perlindungan serta pengasuhan yang layak. Koordinasi dilakukan dengan Kepala Desa Tegalsari, TKSK Kecamatan Ambulu, Camat Ambulu, Dinas Sosial Kabupaten Jember, serta ayah kandung Vita.
“Setelah proses koordinasi yang cukup intens dan panjang, kami akhirnya mendapat titik terang. Vita bisa dipulangkan dan diterima kembali oleh keluarganya di Jember,” ujar Afrizal.
Pada hari Sabtu, Vita akhirnya dipulangkan ke kampung halamannya di Jember, Jawa Timur. Kini ia berada di bawah pengawasan dan perlindungan pihak keluarga serta pemerintah setempat.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa anak-anak terlantar seperti Vita membutuhkan kepedulian bersama, tidak hanya dari keluarga tetapi juga dari masyarakat dan instansi pemerintah. Kehilangan ibu di tengah perjalanan pulang menjadi babak pilu dalam hidup Vita, namun setidaknya ia kini telah kembali ke tanah kelahirannya, di tempat yang lebih aman untuk memulai kembali hidupnya.